METODE KONSELING INDIVIDU DALAM MENGATASI KONFLIK PERTEMANAN ANTAR SISWA KELAS X MAN 1 CIANJUR

A.   Latar Belakang

Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial perlu menyadari posisi dan posisinya dalam kehidupan sehari-hari, serta bagaimana tanggung jawab dan kewajibannya saling berhubungan. Untuk mencapai  itu semua, sesama manusia perlu menjaga hubungan baik agar hubungan mereka sebagai makhluk sosial dapat terlaksana dengan harmonis. Menjaga hubungan orang-ke-orang yang baik adalah perhatian penting bagi semua orang. Pentingnya menjaga hubungan  baik terletak pada kenyataan bahwa manusia sebagai makhluk sosial tidak  dapat  hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Hubungan ini dapat dibangun antara orang tua dan anak, saudara kandung, guru  dan siswa, dan termasuk persahabatan antar siswa.

Namun pada kenyataannya, tidak semua persahabatan bisa berhasil dibangun. Sering terjadi konflik antar teman. Konflik ini kemudian menimbulkan konflik antara dua pihak yang memiliki kepentingan yang berbeda, dan kedua belah pihak  merasa saling dirugikan. Kepentingan yang berbeda ini dapat dihasilkan dari perbedaan pendapat, emosi, dan latar belakang yang membentuk individu yang berbeda, yang dapat menyebabkan konflik. Terjadinya konflik antar siswa tidak dapat dihindari. Hal ini dapat terjadi, di satu sisi, karena orang-orang yang terlibat dalam komunitas memiliki kepribadian, tujuan, visi, dan gaya yang berbeda.

Hal ini juga terjadi di MAN 1 Cianjur. Masih banyak konflik antar siswa, dan konflik yang mereka alami di sekolah  adalah kesalahpahaman, membicarakan teman satu sama lain, cemburu, cemburu, ketidakmampuan menjaga sikap, dan persahabatan yang kuat. Hal ini menunjukkan pentingnya peran guru bimbingan konseling (BK) dalam menangani perselisihan agar dapat diselesaikan dengan baik. Konselor pembinaan adalah guru pendamping yang tugasnya membantu siswa  menemukan cara untuk memecahkan masalah mereka. Untuk membantu menyelesaikan  konflik persahabatan antar siswa, konselor pembinaan menggunakan konseling individu. Konseling individu adalah usaha untuk menasihati seorang konselor untuk membantu seorang siswa yang bermasalah melalui pertemuan tatap muka atau tatap muka untuk memecahkan masalah yang dihadapi konselor. Konseling one-on-one dipilih karena lebih memudahkan siswa dalam mencari informasi dalam proses melakukan guru BK, sekaligus lebih nyaman ketika tidak ada orang lain yang mengungkapkan masalahnya.

B.   Pembahasan

1.    Teori Penetrasi Sosial

Sejak lahirnya, teori penetrasi sosial mempunyai peran yang besar dalam bidang psikologi dan komunikasi. Model teori penetrasi sosial menyediakan jalan yang lengks.p untuk menggambarkan perkembangan hubungan interpersonal dan untuk mengembangkannya dengan pengalaman indivicu sebagai proses pengungkapan diri yang mendorong kemajuan rubungan. Sehingga, teori telah digunakan secara luas sebagai model dalam pengajaran mengenai hubungan interpersonal dan sebagai kerangka kerja dalam mempertimbangkan penge mbangan hubungan.

Teori penetrasi sosial juga menjelaskan bahwa dengan berkembangnya hubungan, keluasan dan kedalaman meningkat. Bila suatu hubungan menjadi rusak, keluasan dan kedalaman sering kali akan (tetapi tidak selalu) menurun, proses ini disebut depenetrasi.

2.    Tinjauan Tentang Konseling Individu

Konseling individu adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara seorang konselor dan seorang konseli (peserta didik). Secara garis besar tujuan konseling adalah agar tercapai perkembangan yang optimal pada individu yang dibimbing, dengan perkataan lain agar individu (siswa) dapat mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan potensi atau kapasitasnya dan agar individu dapat berkembang sesuai lingkungannya. Tujuan konseling individu adalah sebagai berikut:

a.    Memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya.

b.    Mengarahkan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya ke arah tingkat perkembangan yang optimal.

c.    Mampu memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya.

d.    Mempunyai wawasan yang lebih realistis serta penerimaan yang objektif tentang dirinya.

e.    Dapat menyesuaikan diri secara lebih efektif baik terhadap dirinya sendiri maupun lingkungannya sehingga memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya.

f.     Mencapai taraf aktualisasi diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

g.    Terhindar dari gejala-gejala kecemasan dan perilaku salah suai (Tohirin, 2007:36-37)

3.    Tinjauan Tentang Mengatasi Konflik Pertemanan Antar Siswa

Mengatasi merupakan suatu menghindarkan atau melintasi kesulitan atau kesukaran (W.J.S Poerwadarminta: 64) Konflik adalah sebuah situasi terjadinya pertentangan antara kedua belah pihak yang memiliki kepentingan berbeda. Oleh karena itu, kedua belah pihak merasa saling dirugikan. Akibatnya, terjadi pertentangan antara kedua pihak tersebut (Edi Santosa dan Lilin Budiati, 2014: 1.10). Mengatasi konflik merupakan suatu cara untuk menghindarkan sebuah pertentangan yang terjadi antara kedua belah pihak, seseorang dengan seseorang atau seseorang dengan kelompok.

Konflik juga dapat diatasi dengan mengelola pertentangan yang terjadi antara kedua belah pihak dengan baik, beberapa strategi dalam mengelola konflik, yaitu:

a.    Menghindar

Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah konflik tidak terlalu penting. Potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan ditimbulkannya. Menghindari merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri.

b.    Mengakomodasi

Memberi kesempatan kepada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan kepada orang lain untuk membuat keputusan.

c.    Kompetisi

Gunakan metode ini jika percaya bahwa anda memiliki lebih banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik, tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan.

d.    Kompromi atau negosiasi

Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuata/u pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.

e.    Memecahkan masalah atau kolaborasi

Kolaborasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: Pemecahan sama-sama menang maksudnya individu yang terlibat mempunyai tujuan kerjasama dan juga perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan saling memperhatikan satu sama lain (Edi Santosa dan Lilin Budiati, 20144.29-4.30).

C.   Hasil dan Penelitian

Pada pelaksanaan konseling individu dalam mengatasi konflik pertemanan antar siswa yang ada di MAN 1 Cianjur, guru bimbingan konseling menggunakan dua metode yaitu metode direktif dan eklektif. Metode direktif digunakan pada awal pertemuan proses konseling, ketika konseling sudah berjalan pada pertemuan kedua sampai ketiga kemudian beralih menggunakan metode eklektif yang kedua metode tersebut digunakan dalam mengatasi konflik pertemanan antar siswa MAN 1 Cianjur.

1.    Metode Direktif

Dalam hal ini konseling direktif memiliki kelebihan dibandingkan dengan metode yang lain, yaitu digunakan ketika guru bimbingan konseling melakukan penggalian informasi atau mencari tahu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan apa yang sedang dihadapi atau dialami siswa pada saat itu, karena siswa akan lebih mudah untuk menceritakan keadaannya ketika dia diarahkan tentunya hal ini juga akan memberikan kemudahan bagi guru bimbingan konseling dalam mendapatkan informasi dari siswa tersebut, dengan begitu pada metode direktif ini guru bimbingan konseling dapat melakukan diagnosa masalah yang dialami oleh siswa.

 Dalam metode direktif ini guru bimbingan konseling dapat mengetahui permasalahan yang dialami oleh siswa dengan memberikan pertanyaan kepada siswa, maka guru bimbingan konseling bisa mengetahui permasalahan yang dialami siswa dengan menggali informasi kepada siswa yang bersangkutan secara langsung, metode direktif juga dirasa tepat digunakan pada saat awal pertemuan proses konseling karena pada saat itu dalam diri siswa belum timbul adanya pemahaman mengenai dampak dari apa yang dia kerjakan atau dia hadapi sehingga perlu adanya arahan dari guru bimbingan konseling.

 Pemahaman serta arahan yang diberikan guru bimbingan konseling kepada siswa tentunya berdasarkan fakta yang ada, mengenai apa yang sebenarnya sedang dihadapi oleh siswa yang berarti memahami dan menerima suatu keadaan atau kondisi yang terjadi secara rasional.

 Setelah identifikasi sifat atau karakter yang dimiliki siswa itu benar yang ditemukan introvert, maka guru bimbingan konseling memilih metode direktif untuk mengarahkan siswa tersebut terlebih dahulu karena yang didapat adalah siswa cenderung memiliki sifat subyektif yang kurang bisa mendengar atau menerima nasihat atau masukan dari orang lain.

 Ketika guru bimbingan konseling memilih metode direktif maka siswa akan diberi sebuah arahan agar dia mampu menceritakan masalah yang dialaminya secara rinci, setelah guru bimbingan konseling memahami penyebab timbulnya konflik yang terjadi selanjutnya siswa akan diberi pengarahan mengenai penyebab timbulnya konflik, dari situlah akan timbul pemahaman dalam diri siswa tersebut mengenai permasalahan yang sedang dialaminya saat itu, sehingga dia akan memahami dan mengerti penyebab dari timbulnya konflik yang terjadi.

2.    Metode Eklektif

Pada pelaksanaan konseling individu dengan metode eklektif ini guru bimbingan konseling dan siswa memiliki porsi yang sama, siswa secara bebas diizinkan untuk mengungkapkan semua perasaan yang saat itu dia rasakan serta menyampaikan keputusan atau pendapat sesuai keinginan dirinya.  Pendapat atau pernyataan yang disampaikan siswa akan ditampung terlebih dahulu oleh guru bimbingan konseling namun tidak serta merta langsung disetujui serta diiyakan, ketika pendapat atau pernyataan yang disampaikan siswa dirasa kurang pas maka tugas dari guru bimbingan konseling tetap memberikan arahan dan nasihat.  Metode eklektif ini digunakan oleh guru bimbingan konseling ketika sebelumnya siswa sudah pernah mengikuti konseling individu pada pertemuan pertama sampai dengan ketiga, siswa yang sebelumnya sudah diarahkan akan lebih mudah untuk memberikan jawaban atas apa yang saat itu ingin dia sampaikan.  Ketika sudah memasuki pelaksanaan konseling individu dengan metode eklektif ini, siswa sudah sadar mengenai apa yang dia perbuat serta sudah bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang harus diperbaiki dan mana yang harus ditinggalkan, dengan kesadaran yang sudah timbul dalam diri siswa maka saatnya guru bimbingan konseling akan melakukan cek dengan mendengarkan komitmen yang baik yang akan dibuat oleh siswa untuk memperbaiki pribadi dirinya, pada pelaksanaan metode eklektif ini guru bimbingan konseling dapat melakukan evaluasi bersama dengan siswa mengenai keadaan siswa yang seharusnya perlu diperbaiki.

 

 Namun dalam pengambilan keputusan yang dilakukan siswa, guru bimbingan konseling juga harus tetap memberikan pemahaman serta arahan yang baik kepada siswa ketika keputusan yang diambil oleh siswa dirasa kurang tepat.  Selain tetap memberikan pemahaman atau arahan serta nasihat kepada siswa, pada penggunaan metode eklektif ini guru bimbingan konseling juga dapat mendengarkan keputusan-keputusan yang akan dibuat oleh siswa dalam memperbaiki hubungan yang sebelumnya dapat menimbulkan konflik dengan temannya, guru bimbingan konseling dengan siswa juga akan membuat kesepakatan bersama mengenai keputusan serta komitmen yang akan diambil siswa.  Pengambilan keputusan atau solusi untuk mengatasi konflik pertemanan yang terjadi, guru bimbingan konseling memberikan kebebasan sepenuhnya kepada siswa mengenai apa yang nanti akan siswa buat dan jalankan.  Hal ini juga disampaikan oleh AKP terkait pernyataan yang dia berikan kepada guru bimbingan konseling mengenai perilakunya dalam bersikap, AKP juga membenarkan guru bimbingan konseling memberikan masukan mengenai perilaku kurang menyenangkan yang dia tunjukkan selama ini kepada APE teman konfliknya.

 

 Ketika guru bimbingan konseling memberikan masukan kepada AKP terkait perilaku kurang menyenangkannya selama ini, AKP tidak serta merta mengelaknya namun AKP mengakui adanya salah dalam bersikap yang menimbulkan konfliknya menjadi semakin berkepanjangan.  Setelah AKP mengakui dan mau menyadari mengenai perilaku kurang tepat yang dia tunjukkan kepada APE selanjutnya AKP memulai untuk memperbaiki hubungan pertemanannya yang sempat renggang.  Keputusan baik yang akan diambil oleh AKP untuk memperbaiki hubungan pertemanannya dengan APE juga dibenarkan oleh AKP, diketahui bahwa keputusan yang dibuat oleh AKP dalam mengatasi konflik pertemanan yang dia alami adalah mengambil jalan penyelesaian dengan memulai memperbaiki komunikasi kepada APE terlebih dahulu.  Hubungan pertemanan yang tadinya berkonflik dan renggang perlahan menjadi semakin baik ini juga dibenarkan oleh AKP, AKP juga merasa lega karena bisa membagi ceritanya dengan guru bimbingan konseling sehingga mendapatkan penyelesaian yang dianggapnya mampu untuk mengatasi konflik yang terjadi antara dirinya dengan APE.

D.   Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut, maka penulis menyimpulkan bahwa terdapat 2 metode konseling individu yang digunakan dalam mengatasi konflik pertemanan antar siswa kelas X di MAN 1 Cianjur, adalah sebagai berikut :

1.    Konseling Direktif

a.    AKP

Konseling direktif yang diberikan kepada AKP sebanyak tiga kali pertemuan konseling, dalam pemberian konseling direktif tidak terlalu sulit untuk menggali informasi kepada AKP karena sebelumnya guru bimbingan konseling sudah mendapatkan beberapa informasi mengenai dirinya melalui teman kelas serta wali kelasnya. Guru bimbingan konseling lebih menggali informasi mengenai sikap atau perilaku kurang menyenangkan yang ditunjukkan oleh AKP, setelah dilaksanakannya konseling dengan konseling direktif ini mulailah timbul pemahaman dalam diri AKP mengenai sebab serta akibat perilaku yang ditunjukkan dari konflik pertemanan yang melibatkan dirinya.

b.    APE

Konseling direktif yang diberikan kepada APE sebanyak dua kali, guru bimbingan konseling cenderung menggali informasi mengenai posisi serta kondisi dirinya di dalam kelas yang dapat memacu timbulnya konflik pertemanan yang melibatkan dirinya, dikarenakan APE cenderung terlihat lebih mampu dalam mengelola suasana di kelas maka guru bimbingan konseling juga menghendaki APE agar bisa menciptakan suasana kelas yang kondusif sehingga konflik-konflik kecil yang biasa terjadi perlahan dapat berkurang.

2.    Konseling Eklektif

a.    AKP

Konseling eklektif yang diberikan kepada AKP sebanyak tiga kali, dalam pelaksanaannya AKP mampu memberika argumen berupa peryataan sikap yang ditunjukkan beserta alasannya mengapa dia sampai seperti itu. AKP juga mengakui serta menyadari bagaimana dirinya bersikap kurang menyenangkan kepada teman berkonfliknya yang membuat hubungan pertemanan mereka semakin kurang harmonis, kemudian AKP juga memberikan pernyataan bahwa dia mau memperbaiki sikapsikapnya yang sebelumnya bisa menimbulkan konflik. Kondisi keluarga AKP yang kurang harmonis juga sedikit banyak mempengaruhi pribadi yang dimilikinya, namun kemajuan yang ditunjukkan AKP dalam memperbaiki konflik yang melibatkannya diakui sudah jauh lebih baik oleh guru bimbingan konseling.

b.    APE

Konseling eklektif yang diberikan kepada APE sebanyak dua kali, dalam pelaksanaannya APE mampu menjalankan tugasnya dengan baik diikuti dengan pernyataan bahwa dia mampu untuk menyelesaikan konflik yang melibatkan dirinya. Diakui oleh guru bimbingan konseling bahwa APE tanggap dalam menyelesaikan permasalahannya, hal ini juga didukung dari kondisi keluarga APE yang kondusif dan harmonis yang mana pengelolaan diri yang ditunjukkan APE dalam mengelola konflik yang melibatkan dirinya terlihat jauh lebih baik.

Beberapa hal yang diharapkan bisa memaksimalkan metode konseling individu dalam mengatasi konflik pertemanan antar siswa kelas X di MAN 1 Cianjur, maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut :

1.    Bagi program studi Bimbingan Konseling Islam, adanya kajian yang serius dan mendalam tentang metode konseling individu diharapkan bisa memberikan solusi yang lebih komprehensif bagi siswa dan orang lain terkait konflik pertemanan antar siswa.

2.    Bagi guru bimbingan konseling, semoga dapat dijadikan sebagai referensi dalam memberikan metode konseling individu yang sesuai dalam penanganan konflik pertemanan antar siswa.

3.    Saran untuk penulis selanjutnya, agar bisa mengeksplor lagi hal-hal terkait konflik pertemanan antar siswa, karena diberbagai sekolah di luar sana masih banyak kasuskasus atau masalah yang terjadi mengenai konflik pertemanan antar siswa.

A.   Daftar Pustaka

Al-Qur’an Cordoba. (2012). Bandung : PT Cordoba Inter Indonesia.

Ar Rifa’i, Muhammad Nasib. (2012). Kemudahan dari Allah Ringkasan Tafsir

Ibnu Katsir, Jakarta:Gema Insani.

Depdikbud. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Dudung Hasibuan. (2013). Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Fakultas

Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga.

Sefri Wandana Hasibuan. (2017). Mengatasi Konflik Manajemen dalam Ajaran

Islam, 99swh.blogspot.co.id, diakses pada tanggal 4 Maret.

Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia.

Santosa, Edi dan Budiati, Lilin. (2014). Manajemen Konflik, Tangerang Selatan:

Universitas Terbuka.

Tohirin. (2007). Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah, Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada.


Postingan populer dari blog ini

Pengertian, Fungsi, Manfaat, dan Cara Penggunaan Mendeley